Tuesday, 29 December 2020

Bandara Kemayoran : Bandara Internasional Pertama Di Jakarta Sebelum Kemunculan Bandara Soekarno-Hatta

 Bandara Kemayoran atau yang biasa disebut dengan Bandar Udara Kemajoran merupakan bandar udara pertama di Indonesia yang dibuka untuk penerbangan internasional. Landasan bandara ini dibangun pada 1934 dan resmi dbuka pada 8 Juli 1940. Sebenarnya, bandara ini telah lebih dulu beroperasi pada 6 Juli 1940 dengan pesawat pertama yang mendarat di bandara itu adalah jenis DC-3 Dakota milik perusahaan penerbangan Hindia Belanda, KNILM (Koningkelije Nederlands Indische Luchtvaart Maatschapij) yang tiba dari Lapangan Terbang Tjililitan (sekarang Bandara Abdul Halim Perdanakusuma). Tercatat pesawat itu sebagai pesawat yang terus beroperasi di Bandara Kemayoran hingga selesainya masa operasi bandara itu.

Bandara Kemayoran mulai berhenti beroperasi secara bertahap pada 1 Januari 1983 dan resmi berhenti beroperasi sepenuhnya pada 31 Maret 1985 dengan dimulainya pemindahan semua aktivitas penerbangan ke Bandara Soekarno-Hatta di wilayah Cengkareng, Jakarta Barat yang waktu itu baru saja diresmikan dan mulai beroperasi. Sebelumnya pada 1975, penerbangan internasional dipindahkan ke bandara Halim Perdanakusuma yang berlokasi di Jakarta Timur. Bandara ini sempat diaktifkan kembali dalam rangka penyelenggaraan Indonesian Air Show pada 1986 silam. 

Bandara ini memiliki 2 landasan pacu yang bersilangan, yaitu landasan pacu Udara-Selatan (17-35) dengan ukuran 2.475 x 45 meter dan landasan pacu Barat-Timur (08-26) dengan ukuran 1.850 x 30 meter.

Sejarah Bandara Kemayoran

1. Era Pemerintahan Hindia Belanda

Jauh sebelum didirikan bandar udara, daerah Kemayoran merupakan sebuah tanah yang dimiliki oleh Komandan VOCIsaac de l'Ostal de Saint-Martin (1629–1696). Sekitar akhir abad ke-17, Issac memiliki tanah di Pulau Jawa yang meliputi daerah Kemayoran, AncolKrukut, dan Cinere. Nama "Mayoran" pertama muncul pada tahun 1816 di dalam iklan Java Government Gazette sebagai "tanah yang terletak di dekat WeltevredenBatavia". Setelah itu, daerah tersebut dikenal dengan sebutan "Kemayoran". Hingga awal abad ke-20, daerah Kemayoran masih berupa rawa, areal persawahan, serta pemukiman penduduk. Kemudian pada tahun 1934, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan sebuah Bandar udara di daerah tersebut dan diresmikan pada tanggal 8 Juli 1940. Menjadikan Kemayoran sebagai Bandar Udara Internasional pertama di Indonesia. Pengelolaan Bandar udara ini oleh pemerintah Hindia Belanda dipercayakan kepada Koningkelije Nederlands Indische Luchtvaart Maatschapij sampai masa pendudukan Jepang.

Dua hari sebelum peresmiannya (6 Juli 1940), pesawat pertama yang mendarat adalah DC-3 milik KNILM yang diterbangkan dari Lapangan Terbang Tjililitan. Pesawat sejenis, yakni DC-3 berregistrasi PK-AJW juga yang pertama bertolak dari Kemayoran menuju Australia, sehari kemudian.

Pada hari peresmiannya, KNILM menggelar beberapa pesawat miliknya, antara lain:

Baru sekitar dua bulan kemudian KNILM mendatangkan pesawat baru, seperti:

Pameran Kedirgantaraan pertama juga diselenggarakan di Kemayoran, yaitu bertepatan dengan hari ulang tahun Ratu Wilhelmina pada tanggal 31 Agustus 1940. Selain pesawat milik KNILM, sejumlah pesawat-pesawat pribadi yang bernaung dalam Aeroclub di Batavia ikut meramaikannya. Pesawat-pesawat tersebut antara lain:

Pada masa itu, terjadi perang di Asia Pasifik yang mulai berkecamuk. Kemayoran digunakan untuk penerbangan pesawat-pesawat militer, walaupun aktivitas penerbangan komersial tetap berjalan. Pesawat-pesawat militer yang sempat singgah antara lain:

Ketika perang semakin sengit, Kemayoran tak luput dari serangan pesawat-pesawat penyerang milik Angkatan Udara Kekaisaran Jepang. Pada tanggal 9 Februari 1942, dua DC-5, dua Brewster dan sebuah F.VII terkena serangan Jepang, memaksa KNILM mengungsikan pesawatnya ke Australia dan pada akhirnya Kemayoran berhasil diduduki oleh Angkatan Udara Kekaisaran Jepang.


2. Era Pemerintahan Kekaisaran Jepang

Pada era ini tepatnya Maret 1942, Bandara ini dikuasai oleh Kekaisaran Jepang. Beberapa pesawat buatan Negeri Sakura itu kemudian singgah di Bandara Kemayoran. Mereka diantaranya :


3. Era Kemerdekaan & Perang Kemerdekaan Indonesia

Di era ini setelah peristiwa Hiroshima dan Nagasaki yang membuat Jepang terpaksa menyerah kepada sekutu dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada Agustus 1945, bandara ini kemudian dikuasai oleh sekutu dan NICA (Nederlandsch Indie Civil Administratie dikarenakan saat itu pemerintahan Republik Indonesia berada di Yogyakarta. Kemudian bandara Kemayoran mulai ditempati oleh pesawat-pesawat sekutu diantaranya :

Selain itu pesawat-pesawat penumpang juga mulai berdatangan ke bandara ini. Diantaranya :

Pada tanggal 1 Agustus 1947, Bandara Internasional Kemayoran menjadi saksi lahirnya maskapai penerbangan KLM Interinsulair Bedrijf yang jika dinasionalisasikan menjadi maskapai penerbangan pertama di Indonesia yaitu Garuda Indonesia Airways.

4. Era Pemerintahan Indonesia

Pada era 1950an usai perang kemerdekaan, pengelolaan penerbangan sipil dan pelabuhan udara langsung dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia. Baru pada 1958, kegiatan itu dikelola oleh Djawatan Penerbangan Sipil atau yang sekarang disebut dengan Dirjen Perhubungan Udara. Sekitar tahun 1960, pengelolaan Bandara Internasional Kemayoran diserahkan kepada BUMN yang diberi nama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran. Untuk ini, pemerintah melakukan penanaman modal awal seharga Rp 15 Juta pada masa itu. Selanjutnya pemerintah menambah modal dengan mengalihkan bangunan terminal, bangunan penunjang lain, runway, taxiway, apron, hanggar dan peralatan operasional. Hingga akhir pengoperasian pada tahun 1985, pengelolaan manajemen ditangani oleh Perum Angkasa Pura I. Bandara Internasional Kemayoran telah melewati fase-fase bersejarah Indonesia. Dimulai dari masa pemerintahan Hindia Belanda, pendudukan Kekaisaran Jepang sampai kemerdekaan Indonesia (Orde Lama & Orde Baru) terutama di dunia penerbangan. Dari pesawat-pesawat sipil hingga pesawat militer mulai awal perkembangannya dengan bermesin piston, propeler hingga turbojet mendarat di sini. Tetapi bandara ini juga pernah mengalami peristiwa-peristiwa kelam pada saat waktu pengoperasiannya. Misalnya pesawat Beechcraft yang kecelakaan ketika mendarat, kemudian Convair-340 yang mendarat tanpa roda, pesawat DC-3 Dakota yang terbakar dan pesawat DC-9 yang mengalami patah badan ketika mendarat di landasan. Kemudian pesawat Fokker F-27 yang ketika tinggal landas menukik dan membelok kebawah hingga hancur terbakar dalam penerbangan latihan. Tercatat pula pesawat yang tidak pernah kembali setelah lepas landas dari Kemayoran.

Kemayoran menjadi daerah sibuk di era 1970an. Hal itu membuat pemerintah Orde Baru terpaksa memindahkan penerbangan internasional ke Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur untuk sementara waktu pada 10 Januari 1974. Tetapi khusus penerbangan domestik masih bertahan di Kemayoran seluruhnya. Kesibukan bandara Kemayoran hanya bisa ditandingi oleh Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman di Balikpapan yang ketika itu menjadi daerah yang sibuk dengan kegiatan pertambangan, perminyakan dan perkayuan.

Pemindahan Lokasi dan Penutupan Bandara

Menjelang pertengahan 1970an, Kemayoran dianggap terlalu dekat dengan basis militer Indonesia, Bandara Halim Perdanakusuma. Penerbangan sipil di daerah itu menjadi sempit, sementara lalu lintas udara meningkat dengan sangat cepat yang artinya sudah mengancam lalu lintas penerbangan internasional. Kondisi itu membuat pemerintah memutuskan untuk memindahkan semua aktivitas bandara ini ke bandara yang baru dan sudah dibangun. Dengan bantuan USAID kala itu, Cengkareng di Jakarta Barat akhirnya dipilih sebagai lokasi bandara yang baru tersebut.

Sesuai dengan diresmikannya Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Bandara Internasional Kemayoran resmi ditutup secara bertahap dan berhenti beroperasi sepenuhnya pada 31 Maret 1985 pukul 00.00 WIB. Semua penumpang yang saat itu sudah tiba di Kemayoran langsung dibawa oleh bus menuju Soekarno-Hatta karena semua penerbangan dari Kemayoran telah dipindahkan ke bandara yang baru saja dioperasikan tersebut.

Bandara Kemayoran Dalam Budaya Populer

Bandara Internasional Kemayoran muncul dalam kisah petualangan Tintin ke 22 yaitu Flight 714 To Sydney dengan memunculkan terminal bandara & menara pemandu lalu lintas (ATC Tower) sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dalam kisah itu, Tintin, Snowy, Kapten Haddock & Professor Calculus transit disana sebelum melanjutkan perjalanan ke Sydney, Australia untuk mengikuti Kongres Astronautika Internasional.

Perkembangan Terbaru Pasca Nonaktif

Hingga kini, bekas gedung Bandara Internasional Kemayoran masih ada tetapi sudah terbengkalai dan tidak terpakai lagi. Landasan pacunya sudah dijadikan jalan raya di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. Hampir semua wilayah bekas bandara itu telah disulap menjadi Jakarta International Expo (JiExpo), Wisma Atlet Kemayoran, dan beberapa gedung perkantoran, hotel & apartemen. ATC Tower yang juga disebut "Menara Tintin" juga masih ada seperti bekas gedung bandaranya tetapi hampir sekelilingnya sudah ditanami pohon-pohon dan dibangun gedung-gedung megah. Selain itu, di bekas Bandar Udara Kemayoran juga diselenggarakan Jakarta Fairground Kemayoran (JFK) yang dulu dikenal sebagai Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang sebelumnya diselenggarakan di taman Monumen Nasional (Monas) Jakarta yang diselenggarakan setiap hari ulang tahun DKI Jakarta setiap 22 Juni. Sesuai dengan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 475 Tahun 1993, bekas menara ATC Bandar Udara Kemayoran dijadikan Bangunan Cagar Budaya yang harus dilestarikan. Surat Keputusan tersebut langsung ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta Soerjadi SoedirjaKarena bandar udara ini dinilai bersejarah dalam perkembangan kedirgantaraan Indonesia, maka banyak komunitas-komunitas pencinta kedirgantaraan Indonesia yang menginginkan agar bekas bandar udara ini segera dilestarikan, serta dimuseumkan. Mereka adalah Komunitas Tintin Indonesia, Komunitas Save Ex Airport Kemajoran-Kemayoran (KMO), IndoFlyer, dan Komunitas ATCO Indonesia yang bersama-sama membuat petisi lalu akan segera diserahkan kepada Presiden Republik Indonesia dan Gubernur DKI Jakarta.

Foto-Foto 























No comments:

Post a Comment